Jumat, 27 Mei 2016
Kamis, 26 Mei 2016
Senin, 02 Mei 2016
Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa (Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa)
Judul : 99
Cahaya Di Langit Eropa (Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa)
ISBN :
978-602-03-0052-8
Penulis : Hanum
Salsabiela dan Rangga Almahendra
Penerbit : PT
Gramedia Pustaka Utama
Terbit :
November 2013
Cetakan :
Keenam, Januari 2014
Tebal : 340
halaman
A. Sinopsis Novel
Novel “99 Cahaya Di Langit Eropa (Perjalanan Menapak Jejak Islam
di Eropa)” karya dari Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra memiliki tema
menapak jejak islam di Eropa. Buku ini berisi kisah-kisah perjalanan kedua
penulis selama berada di Eropa. Hanum dan Rangga tinggal selama 3 tahun di
eropa saat rangga mendapat beasiswa program doktoral di Universitas di Austria.
Keduanya berkesempatan menjelajahi eropa dan menemukan keindahan eropa yang
tidak sekadar hanya Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion
Sepakbola San Siro, Colloseum Roma atau gondola-gondola di Venezia. Namun,
mereka menemukan keindahan lain dari Eropa, mereka menjelajah sejarah dan
menemukan bahwa Islam pernah berjaya di tanah itu. Eropa dan islam pernah
menjadi pasangan serasi. Namun, ketamakan manusia membuat dinasti itu runtuh.
Melalui buku ini, penulis ingin menceritakan tentang beberapa tempat dimana
islam mempunyai kisah yang cukup menarik didalamnya. Kisah-kisah dari beberapa
tempat didalamnya yang bisa membuat penulis dan pembaca enggan untuk melakukan
kesalahan yang sama. Tempat itu antara lain Wina (austria), Paris (Perancis),
Granada dan Cordoba (andalusia/Spanyol), dan Istanbul (turki).
Selama kursus itulah hanum berkenalan dengan Fatma, wanita asal
Turki yang berhasil menggugah jiwa kelana hanum untuk menyusuri jejak islam di
eropa. Fatma yang notabene hanya seorang ibu rumah tangga ternyata memiliki
wawasan luas tentang sejarah Islam di eropa. Bukan hanya itu, kebesaran hati
seorang fatma yang menerima cerca dari kalangan non muslim menyadarkan hanum,
bahwa Islam seharusnya dimaknai luar dan dalam. Bukan sekedar casing yang
islam, namun jiwa dan pikiran kaum bar-bar. Sayangnya fatma tiba-tiba
menghilang setelah mereka mengikat janji akan berkelana bersama menapaki jejak
islam yang ada di Spanyol, Perancis, dan Turki yang pernah berjaya pada
masanya. Demi memenuhi janji itu hanum kemudian mulai menjelajah sendiri
bersama suami.
Tempat kedua yang diceritakan penulis adalah Paris, Perancis. Kota
ini dikenal City of lights, yang berarti pusat peradaban Eropa. Di Paris, Hanum
bertemu dengan seorang mualaf, Marion Latimer yang bekerja sebagai ilmuwan di
Arab World Institute Paris. Marion menunjukkan kepada penulis bahwa Eropa
adalah pantulan cahaya kebesaran Islam. Eropa menyimpan harta karun sejarah
Islam yang luar biasa berharganya. Seperti kufic-kufic pada keramik yang berada
di musse louvre. Yang lebih mencengangkan Hanum, pada lukisan Bunda Maria dan
Bayi Yesus, hijab yang dipakai Bunda Maria bertakhtakan kalimat tauhid, Laa
ilaaha illallah. Selain benda-benda ‘kecil’ didalam musee louvre, Marion juga
memberi tahu tentang Voie Triomphale atau Jalan kemenangan yang dibuat Napoleon
Bonaparte, tempat dua gerbang kemenangan (arc du triomphe) yang sangat megah.
menurut Marion, bila ditarik garis lurus imajiner maka akan menghadap arah
kiblat. Mungkin akan menjadi konspirasi apabila Eropa mengakui Napoleon
beragama Islam, tapi kedekatan beliau dengan Islam tak terbantahkan. Selain
itu, Jenderal kepercayaan Napoleon, Francois Menou mengucapkan Syahadat setelah
menaklukan mesir dan syariat-syariat islam juga menginspirasi Napoleonic Code.
Setelah ke Paris, mereka selanjutnya menjelajahi Cordoba dan
Granada. Dua kota di andalusia yang menurut beberapa ahli adalah True City of
Lights. Cordoba merupakan ibukota Andalusia dimana peradaban Eropa dimulai.
Pada kota ini berkembang ilmu pengetahuan dan menginspirasi kota-kota lain di
Eropa. Pada masa keemasan itu, Cordoba bukan negara islam seluruhnya, namun
toleransi antar agama menjadi suatu landasan kuat hingga menjadi kota yang
sangat dikagumi sekaligus membuat iri kota- kota lain. di Cordoba terdapat
Mezquita, yaitu masjid besar yang menjadi Kathedral setelah jatuh ke tangan
Raja Ferdinand dan ratu Isabela. Sementara itu Granada adalah kota terkahir
dimana islam takluk di daratan Eropa. di Granada terdapat benteng megah yang
menjelaskan betapa megahnya Islam di masa keemasan.
Selanjutnya mereka berkesempatan menjelajahi Istanbul. Istanbul /
kontatinopel adalah saksi sejarah dimana Islam pernah memiliki masa keemasan.
Pada masa itu, luas wilayah Islam lebih luas dari kerajaan Romawi. Namun, di
Turki tidak ditinggalkan istana yang megah, bukan karena tidak mampu melainkan
karena Sultan mereka mencontohkan kesederhanaan. Sesuatu hal yang mulai
dilupakan pemimpin-pemimpin saat ini. Di Turki juga terdapat Hagia Sophia,
bekas gereja besar dan sempat dijadikan masjid. Namun kini telah dijadikan
museum oleh pemerintah Turki.
B. Unsur Intrinstik Novel
1. Tema :
·
Menapak
Jejak Islam di Benua Eropa.
2. Tokoh :
·
Hanum :Protagonis,
karena merupakan mempunyai rasa keinginan tahu pada islam yang sangat besar.
·
Rangga :
Protagonis, karena bersama-sama hanum menjelajahi eropa.
·
Fatma : Protagonis, karena dialah
yang pertama kali mengajak hanum menyusuri rahasia-rahasia kebesaran islamdi
eropa.
·
Eyse : Protagonis, karena anak dari Fatma yang
selalu menuruti perkataan ibunya.
·
Selim : Protagonis, karena membantu Fatma dan
menjelaskan segala yang diketahuinya tentang islam di eropa.
·
Paul : Antagonis, karena telah menghina
kerajaan turki yang pernah berkuasa.
·
Imam
Hashim : Protagonis, karena menjelaskan
tentang islam di daerah Wina.
·
Natalie
Dewan : Protagonis, karena merupakan agen muslim
sejati yang tidak hanya mempromosikan islam bukan hanya dari mulut tapi dari
·
Marion : Protagonis, karena membantu Hanum
menjelajahi eropa.
·
Gomez : Protagonis, karena mengantar rangga dan
hanum ke tempat-tempat sejarah islam di eropa.
·
Hasan : Protagonis, karena sudah menjadi agen
muslim yang baik di spanyol.
·
Sergio : Protagonis, karena menjadi pemandu yang
baik dalam menjelaskan.
3. Alur :
·
Novel
ini menggunakan alur campuran.
4. Amanat :
·
Jadikanlah
sejarah menjadi pelajaran berharga bagi kita khususnya generasi muda islam.
·
Jangan
pernah untuk berhenti mempelajari bagaimana perkembangan sejarah peradaban
islam di Negara Eropa yang sebenarnya sangat membanggakan bagi kita sebagai
pemeluknya.
C.
Keunggulan dan kelemahan novel
a. Keunggulan Novel
·
Kelebihan
buku 99 cahaya di langit eropa ini adalah kita sebagai pembaca akan merasakan
seolah-olah sedang mengelilingi eropa dengan berbagai model pendeskripsian dari
penulis yang menghadirkan gambaran Eropa kedalam imajinasi kita.
·
Mengajak
kita untuk mengamalkan Islam secara total melalui perilaku yang mencerminkan
Islam, lewat contoh tokoh yang bernama Fatma.
·
Cerita
yang disampaikan begitu santai dengan bahasa yang lugas dan sederhana sehingga
seakan mengajak pembaca turut serta dalam perjalanan spiritual yang dilakukan.
·
Buku
ini hingga lembar terakhir menguatkan kita sebagai seorang muslim bahwa : di
belahan bumi manapun, menegakkan aqidah keislaman kita, berarti kita bersiap
untuk menjadi “agen muslim sejati” yaitu sebagai muslim yang membawa rahmat bagi
sekelilingnya, rahmatan lil alamin & kebangkitan peradaban Islam
adalah saat umat Islam kembali pada Al-Qur’an yang tidak sekedar dibaca, tetapi
juga di pelajari dan diteliti detil artinya sesuai dengan bidang keilmuan kita.
Menumbuhkan (kembali) kecintaan umat Islam pada Al-Qur’an, akan menjadi dasar
kembali bersinarnya peradaban Islam seperti beberapa ribu tahun silam.
·
Memberikan
gambaran baru tentang Eropa selain keindahan dan kemegahan bangunan di seantero
dunia.
b. Kelemahan Novel
·
Pada
pemotongan sub bab dalam buku terkesan dipaksakan. Ketika sudah sampai pada
akhir sub bab, tiba-tiba kita masuk lagi pada rangkaian cerita sebelumnya yang
terputus.
·
Pada
bagian penutup, akan lebih menarik jika maksud dari penulis langsung masuk ke
sub bab Ka’bah tanpa harus memasuki cerita yang lainnya, meski bagian
tersebut menjelaskan mengapa penulis ingin pergi haji.
D. Kesimpulan
Kehancuran Islam di Eropa adalah karena setitik nilai perang
saling menguasai yang menyebabkan trauma berkepanjangan. Jika proses masuknya
Islam terus konsisten melalui cara damai seperti di Indonesia, tentulah Eropa
hingga kini masih bercahaya sebagaimana Cordoba berhasil menerangi abad gelap
di Eropa.
Kini minoritas Islam di Eropa harus berjuang untuk mengembalikan
citra Islam yang keras menjadi lembut, seperti Fatma yang tetap santun
meski mendengar hujatan dari orang-orang Eropa non muslim. Itulah sejatinya
Islam, agama yang cinta damai.
Sayang, selalu dan masih saja ada yang memaknai Islam harus ditegakkan dengan jalan yang keras, menebar teror melalui hembusan jihad, atau demo yang berujung anarkis seperti di Indonesia.
Sayang, selalu dan masih saja ada yang memaknai Islam harus ditegakkan dengan jalan yang keras, menebar teror melalui hembusan jihad, atau demo yang berujung anarkis seperti di Indonesia.
Sudah saatnya umat
Islam belajar dari kegagalan Islam berjaya di Eropa. Nafsu untuk menjadi lebih,
nafsu untuk menguasai, dan nafsu merasa paling benar atas nama agama hanya akan
memperburuk citra Islam di mata dunia.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Popular Posts
- STRUKTUR ORGANISASI WAREHOUSE DEPARTMENT
- Perkembangan Politik Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
- Metode Analisa Deduktif & Induktif
- Keterbatasan UU Telekomunikasi No. 36
- TELEMATIKA
- Keragaman dan Kesetaraan
- Etika Profesi Di Luar Negeri dan Indonesia
- Cara membuka situs yang di block server atau admin
- Arsitektur Telematika
- Ubi Jalar Jadi Produk Unggulan Kabupaten Kuningan